Komisi IV Apresiasi Kegiatan Bioprospeksi di Gunung Merapi

Anggota Komisi IV DPR RI Yessy Meilani saat mengikuti kunjungan kerja spesifik Komisi IV DPR RI ke Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), di Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (11/12/2021). Foto: Ann/Man
Anggota Komisi IV DPR RI Yessy Meilani mengapresiasi kegiatan bioprospeksi yang dilakukan Balai Taman Nasional Gunung Merapi, Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta. Selain bermanfaat untuk pengobatan, kegiatan ini juga akan membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar konservasi.
“Saya melihat beberapa jenis bioprospeksi yang dilakukan di sini dan saya pikir sangat baik dan sangat suka terhadap penelitian seperti ini, karena luar biasa manfaatnya dan bisa kita dorong bersama," ungkap Yessy saat mengikuti kunjungan kerja spesifik Komisi IV DPR RI ke Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), di Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (11/12/2021).
Menurut politisi Partai NasDem tersebut, manfaat dari bioprospeksi sangat beragam. Selain pemberdayaan masyarakat, bioprospeksi atau pencarian obatan-obatan dari tumbuhan hutan ini memiliki potensi ekonomi. Ia pun mendorong agar hasil biospreksi TNGM bisa segera dilakukan uji klinis dan dilegalkan agar memberikan manfaat secara ekonomi kepada masyarakat.
“Melihat perkembangan zaman sekarang, apalagi di tengah pandemi kalau mengharapkan kunjungan wisatawan pasti sangat terbatas. Tentunya, harus ada celah lain yang harus dikembangkan. Ke depan, pemanfaatan obat-obatan ini bisa kita dorong bersama," imbuh legislator daerah pemilihan (dapil) Kalimantan Barat II tersebut.
Bioprospeksi merupakan usaha mencari kandungan kimiawi baru pada makhluk hidup, baik itu mikroorganisme, hewan maupun tumbuhan yang memiliki potensi sebagai obat ataupun manfaat ekonomi lainnya. Sebanyak 160 jenis tumbuhan bawah berhasil dikoleksi. Terdiri dari 47 family dan 132 jenis tumbuhan dapat terindentifikasi.
Berdasarkan Uji Aktivitas Senyawa Penangkal Radikal Bebas (DPPH), ditemukan 6 jenis tumbuhan dengan daya tangkal radikal bebas kategori tertinggi. Salah satu jenis tertinggi adalah Clidemia hirta yang akan diproduksi bersama masyarakat dalam bentuk kapsul minyak, kapsul ekstrak, dan bobba jelly, serum wajah, penumbuh rambut dan gel rambut. Sedangkan pilot project yang dikembangkan bersama masyarakat, yang berfungsi untuk membantu untuk meningkatkan sistem imun tubuh.
Selain kegiatan bioprospeksi, Kepala Balai TNGM Karyadi menyampaikan pelaksanaan tugas dan fungsi pengelolaan Kawasan Konservasi TNGM juga dilaksanakan melalui Perjanjian Kerja Sama (PKS) Kemitraan Konservasi bersama masyarakat sekitar kawasan. "Jumlah luasan PKS kemitraan konservasi adalah 345,76 hektare, sedangkan masyarakat penerima akses adalah 1.007 kepala keluarga (KK)," kata Karyadi.
Dia mengatakan, untuk pelestarian Anggrek dan restorasi berbasis genetik, Balai TNGM sudah melaksanakan kerja sama dengan berbagai pihak seperti lembaga litbang hingga masyarakat. Kerja sama yang dilakukan dengan masyarakat yaitu melibatkan Forum Peduli Lingkungan Pecinta Alam Merapi (FPL Palem). "Peran FPL Palem dalam konservasi tumbuhan lokal Merapi di antaranya yaitu identifikasi pohon induk Sarangan di Kawasan TNGM," jelas Karyadi lebih lanjut.
Karyadi menambahkan untuk konservasi anggrek, Balai TNGM dan FPL Palem telah melakukan indentifikasi, koleksi, labelisasi, pemeliharaan dan perbanyakan jenis Anggrek Merapi yang telah mencapai 70 spesies. Diharapkan melalui kegiatan ini, pemberdayaan masyarakat sekaligus kegiatan konservasi dapat berjalan dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya. (ann/sf)